Kamis, 26 Februari 2015

Sinopsis Film Crazy Little Thing Called Love - Part 1

First Love ( Crazy Little Thing Called Love )
Tanggal Rilis : 12 Agustus 2010 ( Thailand )
Genre             : Komedi Romantis




Crazy Little Thing Called Love ini merupakan film Thailand yang pertama kali aku tonton saat masih duduk di bangku SMA. Pada saat itu, film ini sangat booming karena tema yang di angkat film ini juga banyak ditemukan pada kehidupan nyata para remaja. Tokoh utama dalam film ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta film Thailand. Yap, chemistry Mario Maurer dan Baifern Pimchanok dalam film ini sangat mengesankan.

Dalam sebuah pameran fotografi, seorang fotografer muda sedang diwawancara tentang hasil karyanya. Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi, dan fotografer itu meminta izin pada para pewawancara untuk pergi sebentar karena bayinya menangis. Para pewawancara yang melihatnya berbisik-bisik mengagumi ketampanan sang fotografer, namun sangat kecewa karena ternyata sudah mempunyai anak.

Lucunya anak ini...
Wah tipe Ayah idaman banget kan ^-^
Kemudian flashback 9 tahun yang lalu...


Nam seorang gadis SMP berkulit gelap dan berkacamata sedang berada di sebuah toko kue dengan ketiga temannya, Cheer, Nim dan Gie. Sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh seorang pemuda tampan melintasii toko kue tersebut. Nam hanya bisa melihat pemandangan itu dari balik kaca toko kue dengan terpesona. Teman-temannya yang menyadari arah pandangan Nam langsung menghampiri Nam dan menjahilinya. (Adegan ini lucu deh, kocak banget lihat kelakuan teman-temannya Nam)

Kemudian Nam langsung ke bandara untuk menjemput seorang bule bernama James Bean. Ibu Nam adalah pemilik sebuah penginapan dan restoran murah untuk para turis backpacker. Setelah sampai dirumah, ibunya menanyakan bagaimana dengan sekolahnya hari ini. Nam menjawab masih sama seperti biasa, karena dia masih bersama Cheer, Nim dan Gie. Sang ibu kembali bertanya pada Nam, Apakah tidak merasa bosan karena sudah berteman sejak kelas satu. Pang adiknya Nam, mengatakan kalau kakaknya itu tidak punya pilihan lain. Tidak ada yang mau berteman dengan kakak karena penampilannya seperti itu. (Awalnya, aku rada gak yakin kalau Nam anak kandung soalnya dia beda banget sama Ibu dan adiknya yang cantik hihihi)

Nam merasa kesal mendengar perkataan adiknya, Nam pun menarik kepangan Pang. Ibu yang melihat kejadian itu melerai dan manasihati anak-anaknya. Menurut ibu, teman adalah teman, bukan masalah penampilan. Tapi, Pang masih saja mengejek Nam. Pang merasa beruntung karena terlahir mirip dengan ibu, jika ia mirip ayah pasti akan seperti Nam. Ibu yang mendengar perkataan itu, menasihati Pang lagi dan berkata kalau Ayah mendengar itu pasti akan sedih. (Ternyata Nam lebih mirip dengan Ayah yang sedang berada di Amerika)

Saat Nam sedang menikmati es krim, dia dikagetkan oleh seorang pemuda yang jatuh dari atas pohon. Itu adalah pemuda pengendara motor yang dilihat Nam saat di toko kue. Pemuda itu memberikan Mangga pada Nam, Nam pun menerimanya dengan hati yang berbunga-bunga. (Wih, Nam seneng banget yah padahal cuma dikasih mangga. Gimana kalo dikasih bunga, mungkin Nam bakal nerima dengan hati yang bermangga-mangga kali ya X_X) Tak lama setelahnya, Nam melihat pemuda itu juga memberikan mangga pada perempuan lain dan seketika itu wajah Nam berubah.


Keesokan harinya di sekolah, Nam, Cheer, Nim dan Gie menghabiskan waktu istirahat mereka dengan membaca majalah dibawah pohon. Teman-teman Nam asyik membaca ramalan tentang pemuda yang cocok untuk mereka. Nam tidak memperhatikannya, sejak tadi Nam hanya memandang seorang pemuda yang menggunakan stiker hitam di alisnya sedang bermain bola. Rupanya pemuda mangga itu satu sekolah dengan Nam.


Saat Bu Inn sedang menyampaikan pelajaran bahasa inggris, Nam dan teman-teemannya sibuk mengobrol lewat kertas. Mereka sedang membicarakan pemuda mangga. Cheer memberitahu kalau pemuda itu bernama Shone. Bu Inn melihat Cheer yang sedang mengobrol, kemudian menghukumnya untuk menjelaskan apa arti dari You’re My Inspiration. Cheer yang tidak mengerti langsung menoleh Nam. Nam pun memberi tahu Cheer secara diam-diam.. Tiba-tiba Pak Phol lewat kelas mereka, dan Bu Inn terpesona oleh ketampanan Pak Phol. (Lucu banget pas lihat Cheer ketauan, hihihi)

Di tengah pelajaran Nam meminta izin untuk pergi ke toilet. Di perjalanan menuju toilet, Nam berhenti sebentar untuk mengintip Shone di kelasnya. Terlihat Shone sedang menjahili bangku temannya. Nam tersenyum geli lalu melanjutkan pergi ke toilet. Saat Nam ingin kembali ke kelasnya, ia melihat Shone yang sedang dihukum. Shone dihukum berdiri di luar kelas sambil mengangkat satu kakinya dan merentangkan kedua tangannya. Tanpa sepengetahuan guru, Shone memakai headset dan mendengarkan lagu. Ketika Nam melewati Shone, Shone memberi isyarat agar Nam tidak memberitahu gurunya.


Dirumah, Nam berdiri memandang dirinya di cermin. Dia sadar kalau tidak ada kemungkinan Shone memperhatikan dirinya karena kulit Nam yang gelap. Pamannya yang bekerja bersama ayah Nam di Amerika tiba dirumah Nam. Pamannya menyampaikan pesan Ayah Nam, jika diantara Nam dan Pang mendapatkan juara 1 maka ia bisa datang ke Amerika. Nam yang sangat ingin bertemu dengan ayahnya, bertekad untuk mendapatkan juara 1. (Lucunya pas Nam janji bakal dapet juara satu, Pang langsung nanya apa bisa dari peringkat 30 ke juara 1. Ketauan banget kalo Nam itu awalnya #... Gubrak) 

Saat istirahat, Nam yang sedang mengantri minuman untuk teman-temannya diganggu oleh Maew dan Ding (Anak-anak basket). Shone yang ada di tempat itu langsung memberikan 4 gelas minuman kepada Nam. Rupanya Maew dan Ding tak suka dengan Shone karena menurut mereka Shone sok pahlawan, mereka mengajak Shone bertarung dibelakang sekolah. Tadinya Shone tak mau meladeni mereka. Tapi, saat Ding menghina ayah Shone karena tendangan pinaltinya meleset, Shone akhirnya meladeni Ding. 


Nam yang mendengar perkelahian Shone, segera kembali ke sekolah. (Saking khawatirnya, Nam sampe linglung gitu yah... hahaha) Namun saat tiba di sekolah, Shone dan yang lainnya sudah pergi. Nam menemukan kancing yang berlumuran darah dan mengambilnya.


Sesampainya di rumah, Nam menyimpan Minuman dari Shone di dalam kulkas (Minuman itu di beri note ‘Jangan diminum’) Saat di kamar, Nam membersihkan kancing yang ditemukan di sekolah dan menggambar sebuah emot senyum di kancing itu. Nam mengira kalau itu adalah kancing milik Shone, dan memanggil kancing itu dengan sebutan tuan kancing. 


Saat upacara sekolah, Bu Inn menyebutkan murid-murid yang kemarin berkelahi untuk datang ke ruangan guru. Saat di ruangan guru, Shone mendapatkan hukuman rotan. Nam merasa bersalah, karena dirinya Shone dihukum. Nam menunggu Shone di depan ruang guru dan mengatakan minta maaf serta memberikan plester untuk luka Shone. Saat Nam hendak pergi, Shone memanggil nama Nam dan mengucapkan terima kasih. Sepulang sekolah, Nam pergi ke danau dan berteriak senang karena ternyata Shone tahu namanya. (Cie...cie... Nam, sampe segitunya hahaha...)



Di toko kue tempat biasa Nam dan kawan-kawan berkumpul, Cheer menemukan buku 20 trik menggaet senior untuk menjadi pacar. Nam pura-pura tidak tertarik dan lebih memilih membaca buku rahasia menjadi juara 1. Cheer menggoda Nam dan menanyakan apa dia serius ingin menjadi juara 1. Nam menjawab kalau dirinya sangat serius. Sudah 5 tahun tidak bertemu ayah dan sangat ingin bertemu dengan ayah. Beberapa saat kemudian, kakak kelas mereka lewat sambil membawa sebuah buku berjudul ‘9 Metode Cinta’. Kakak kelas itu mengatakan bahwa buku itu ampuh sekali dan membuatnya bisa berpacaran dengan orang yang dia sukai. Cheer, Nim dan Gie tertarik dan langsung membeli buku itu, kemudian membacanya di rumah Nam.

Metode pertama dari Yunani di dalam buku itu mengatakan ‘Pergilah ke tempat dimana banyak bintang seorang diri, lalu tariklah garis dari bintang satu ke bintang yang lainnya sampai membentuk nama pria yang kau sukai’ Cheer, Nim dan Gie langsung menuju jendela dan menarik nama masing-masing pujaan hati mereka. Sementara Nam tetap duduk dikursi dan melanjutkan membaca. Saat teman-temannya sudah pulang, Nam segera berlari ke jendela dan menarik nama Shone di antara bintang-bintang dengan sepenuh hati.


Sementara itu, Shone sedang bermain bola dengan teman-temannya. Tiba-tiba sang pelatih fotografinya datang membawa poster tentang lomba fotografi yang akan diikuti Shone. Dari kejauhan sang ayah memperhatikan Shone. Ayahnya mengatakan kalau Shone selalu bermain bola, tapi tak pernah mau ikut klub sepak bola sekolah kepada sang istri. Ibunya Shone menyarankan agar membiarkan, karena Shone bermain bola hanya untuk bersenang-senang bukan untuk bertanding. Ayah Shone menyesali dan menyalahkan dirinya karena tak berhasil melakukan tendangan pinalti. Ibu Shone mengatakan kalau Shone tidak bermain bola karena trauma.

Pagi harinya di sekolah, Nam datang dengan penampilan baru. Nam memasang kawat gigi. Sementara Gie berkata kalau Nam aneh dengan kawat gigi. Tapi, Nam mengatakan kalau kawat gigi itu kelihatan indah.

Nim membaca metode kedua dari Suku Maya yang ada di dalam buku itu ‘Pusatkan pikiranmu dan tetaplah orang yang kau suka. Usahakan kau menguasai pikiranya, kemudian suruh ia melakukan sesuatu, jika berhasil, maka ia pasangan jiwamu...’ Sebelum Nim selesai membaca, Nam sudah memandang Shone dan memusat pikirannya agar Shone menoleh ke arahnya. Shone pun menoleh karena temannya menyuruh Shone menoleh agar temannya itu bisa mengambil bakso Shone. Di tempat lain, Bu Inn sedang bahagia karena diberi sekotak telur asin oleh Pak Phol. Bu Inn mengira kalau hanya dirinya yang mendapat telur asin itu. Bu Inn terkejut saat sampai di kantor guru, masing-masing meja guru penuh dengan kotak telur asin, bahkan ada yang lebih dari satu kotak. Gubrak banget kan...  

Metode yang ketiga dari Skotlandia mengatakan ‘Berikan sesuatu yang berlambang hati kepada pujaanmu’ Kali ini Nam dibantu teman-temannya untuk memberikan Shone sekotak coklat. Cheer dan Nim menyingkirkan semua hadiah yang ada di atas motor Shone (Udah kebayang kan, berapa banyak perempuan yang ngefans sama Shone...) dan mereka menaruh kotak coklat Nam di atas motor Shone.


Saat Shone mengambil coklat tersebut, Nam dan kawan-kawannya mengintip dari balik tembok. Dan ternyata, karena terlalu lama berada dibawah matahari coklat itu mencair. (Hiks, sedih banget pasti kalo jadi Nam...) Tiba-tiba Faye yang merupakan perempuan tercantik satu sekolah menghampiri Shone dan memberikan kue mangga buatannya. Shone sangat senang dan mengucapkan terima kasih. Nam yang melihat kejadian itu pun putus asa.


Ketika sedang ujian Bahasa Inggris, Pak Phol menghampiri Bu Inn dan menyampaikan kalau bisa Bu Inn datang ke rumahnya untuk makan malam. Bu Inn salah paham, karena mengira Pak Phol mengajaknya kencan. Pak Phol menjelaskan kalau itu bukan kencan, karena Pak Phol juga mengundang guru-guru yang lain. Dan Bu Inn langsung memasang wajah kesalnya, Nam menghampiri Bu In dan menyerahkan kertas ujian. Mungkin karena masih terbawa emosi, Bu Inn meremas kertas ujian Nam dan membuangnya. Saat sudah sadar, Bu Inn meminta Nam menolongnya mengambil kertas itu lagi. (Lucu banget liat Bu Inn dan Nam, hahaha...) 

Cheer mempunyai ide, Cheer mengatakan kalau Shone harus mengantar Nam pulang agar mereka berdua bisa dekat dan makin romantis. Mereka mencari cara agar Nam bisa pulang dengan Shone. Akhirnya, Cheer membuang kunci motor milik Nim. Dan saat mereka melihat ke arah Shone, ternyata Faye sudah berjalan mendekati Shone sambil berpura-pura kakinya terkilir. Shone menawarkan tumpangan pada Faye, dan saat sudah dimotor Faye tersenyum menang ke arah Nam. 
(Aish... pinter banget sih si Faye aktingnya, ckckck...)


Tahun berikutnya... Di atas atap rumahnya, Nam sedang melamun sambil mendengarkan musik sedih. Cheer, Nim dan Gie datang dan ingin mempraktekan metode ketujuh dari buku itu. Cinta, berarti harus membangun diri sendiri. Gunakanlah kekuatan cinta agar kita bisa menjadi lebih pintar, lebih cantik dan lebih baik dari sebelumnya. Maka akhirnya dia akan melihat kita. Cheer dan teman-temannya melakukan segala macam perawatan pada tubuh Nam. Mulai dari masker semangka, lulur kunyit agar Nam terlihat lebih cantik. (Lagunya enak banget nih pas bagian ini, jadi inget temen-temen SMA deh) 


Nam yang sudah selesai perawatan, datang ke toko olahraga milik ayah Shone. Mereka ingin bertemu Shone, tapi rupanya Shone sedang pergi. Saat hendak pergi dari toko, Shone baru saja datang. Shone manyapa Nam, kemudian heran dengan warna kulit Nam. Karena perawatan kunyit membuat warna kulit Nam terlihat kuning. Shone menanyakan apakah Nam menderita sakit kuning sambil memeriksa suhu tubuh Nam. Nam hanya menggeleng gugup berusahan tersenyum. Saat itu juga, Faye datang dan berpura-pura hendak membeli sekotak bola pimpong. Nam yang kesal menjatuhkan bola pimping yang dipegangnya sehingga Faye terpeleset.



Di sekolah akan diadakan pentas seni. Klub drama Bu Inn terlihat kosong dan tak ada yang mendaftar, sementara klub tari milih Bu Orn penuh antrian. Di antara antrian yang panjang, terdapat Nam, Cheer, Nim dan Gie. Saat sedang mengantri, Cheer menyarankan agar Nam melepas kacamatanya. Nam melepas kacamatanya sambil cemberut dan mengatakan kalau mereka tidak cocok masuk klub tari karena Bu Orn hanya memilih siswi yang cantik.



Shone lewat dan menumbulkan kehebohan. Faye memanggil Shone dan bertanya akan ikut klub apa. Shone menjawab akan mengikuti klub fotografi. Faye tersenyum genit dan mengatakan kalau Shone butuh model, shone bisa memanggil Faye kapan saja. Nam, Cheer, Nim dan Gie manatap Faye dengan kesal. Shone mengatakan kalau dia mengambil pemandangan bukan orang. Cheer dan teman-temannya menertawakan Faye. Tapi Faye tak menyerah, Shone pun mengambil foto Faye. Faye memasang pose. Di foto kedua, Nam ikut-ikutan berpose dibelakang Faye. Shone berkata kalau Nam sudah tak kuning lagi, dan Nam pun tersenyum gugup. Faye terlihat sangat tak suka dan menghina Nam. Nam dan teman-temannya emosi mendengar hinaan dari Faye hingga membuat murid yang sedang mengantri terdorong ke depan.



Bu Orn menyuruh murid-murid yang membuat masalah untuk pergi dari antrian. Saat mereka hendak pergi, Bu Orn memanggil Faye dan temannya untuk tetap tinggal. (Aduh, Bu Orn memang bener-bener deh pemilih banget...)


Faye yang masih dendam pada Nam, meracik minuman dengan menambahkan kecap ikan. Ketika Nam lewat, Faye memberikan minuman itu sebagi permintaan maafnya. Nam menerima minuman itu tanpa curiga sedikit pun. Namun sebelum Nam meminumnya, Pin seorang teman Shone menahan tangan Nam dan menyuruh Faye untuk mencoba minuman itu lebih dulu. (Rupanya Kak Pin sejak tadi memperhatikan Faye... Wah, baiknya Kakak ini) Faye hanya diam dan salah tingkah, Pin menanyakan kenapa Faye tak mau meminumnya. Pin mengatakan kepada Nam untuk berhati-hati jika tak mau meminum kecap asin.



Setelah itu, Pin kembali ke bangku Shone dan kawan-kawannya sambil menceritakan perbuatan Faye.


Bu Inn yang tak menemukan satu pun peminat di klub drama menghampiri Nam. Bu Inn mengatakan kalau Nam dan teman-temannya sudah diterima di klub drama. Bu Inn menyuruh mereka untuk datang ke auditorium. Bu Inn melihat minuman kecap asin yang belum sempat dibuang Nam dan meminumnya. (Reaksinya Bu Inn lucu banget deh...)



Nam dan teman-temannya datang ke auditorium terlambat. Shone juga ada di auditorium, Nam terlihat senang. Klub drama akan mementaskan Snow White dan karena hanya Nam yang terbaik dalam pelajaran bahasa Inggris, maka Nam yang terpilih menjadi Snow White. Sedangkan Shone menjadi kelinci dan penata panggung saja. Saat latihan drama selesai, Nam pergi ke belakang panggung yang dikira sudah sepi, ternyata ada Shone disana dan mereka hanya berdua. Shone menanyakan apakah Nam sudah mau pulang dan Nam mengangguk. Shone masih asik memotret. Mata Nam fokus memperhatikan buku ‘9 Metode Cinta’ yang ada di dekat Shone. Buru-buru Nam mengambil buku itu saat Shone sedang memotret. Kemudian sebuah kertas jatuh di dekat kaki mereka. Dengan sigap, Nam langsung menutupi kertas itu dengan kakinya dan menyeretnya.          
(Ternyata kertas itu adalah nomor telepon Shone...) Bu In meminta bantuan Pin untuk menjadi tata rias di klub drama. Bu Inn menyuruh Pin mendandani Nam terlebih dahulu. Terlihat Shone dibelakang Nam memberikan isyarat pada Pin agar melakukan yang terbaik. Kemudian, Nam memakai baju Snow White dan muncul dihadapan teman-temannya. Nam terlihat lebih cantik, semuanya memuji keahlian Pin. Namun Shone mengatakan kalau Nam masih sama, Snow White dengan kawat gigi. (Jleb banget deh denger Shone ngomong begitu... hiks, sabar ya Nam)



Besoknya Nam melepas kawat giginya. Saat latihan drama, yang berperan sebagai pangeran tiba-tiba terkena diare. Bu Inn meminta Shone yang saat itu sedang melukis untuk menjadi pangeran sementara.



Adegan yang diperankan saat itu adalah pangeran mencium Snow White agar bisa bangun dari tidurnya. Nam memejamkan mata, namun saat membuka matanya lagi sang pangeran asli sudah kembali. Nam yang kaget, langsung melompat dari kasurnya. Karena panik, Nam tersandung dan hampir jatuh. Tangan Shone menarik Nam dan menahannya agar tidak jatuh. Shone menarik Nam hingga ke dalam pelukannya dan mengatakan kalau Nam hampir mematahkan leher Nam.



Malamnya, Nam berusaha menelpon Shone. Saat Shone mengangkat teleponnya dan menjawab, Nam berlari ke luar rumah lalu berteriak karena kegirangan. Saat kembali ke dalam kamar, Shone sudah menutup teleponnya. 




Hari pentas tiba. Seperti tahun sebelumnya, pertunjukan tari klub Bu Orn mendapat sambutan hangat dari murid-murid. Semua kursi penonton penuh hanya untuk melihat Faye yang menari. Ketika pertunjukan drama dari klub Bu Inn, satu persatu penonton meninggalkan bangku. Hanya ada beberapa penonton yang bertahan dengan wajah bosan. Nam tak melihat Shone, yang ia lihat malah seorang pemuda tampan yang tidak dikenal sedang memandangi dirinya dengan terpesona. Sementara itu Shone sedang di ruang guru karena mendapat pengumuman kalai ia memenangkan lomba fotografi dan ia harus pergi untuk mengambil hadiah bersama Kepala Sekolah.



Setelah pertunjukan selesai, Nam menemukan sebuah apel dan ada selembar kertas dibawahnya. Di kertas itu tertulis kalau Apelnya tidak beracun karena saya sudah mencicipinya, Nam memandang apel itu dengan senang. Cheer menanyakan apel itu dari siapa, dan Nam menjawab pasti itu dari Shone. Malam harinya, Nam melampiaskan kekesalannya pada Tuan Kancing. Nam berpikir Shone lebih memilih menonton Faye daripada dirinya. Nam membuang Tuan Kancing, kemudian memungutnya lagi dari tong sampah.



Keesokan harinya, Shone kedatangan teman lamanya yaitu Top (Pemuda yang memandangi Nam saat pertunjukan drama) top langsung terkenal karena dia tampan, dan ramah. Di kantin para siswa sedang memutar drama Snow White yang diperankan oleh Nam. Semua siswa tidak mengenali kalau Snow White itu adalah Nam. Sejak itu Nam yang terlihat lebih manis dan cantik langsung terkenal di sekolah. Top terpesona dengan kecantikan Nam.  Top bertanya pada Shone apakah Nam sudah memiliki pacar dan Shone menjawab kalau sepertinya Nam belum punya pacar tapi Shone melarang Top untuk medekatinya.


Tahun berikutnya... Shone dan Top bermain bola seperti biasa, kemudian Top menyuruh Shone untuk melakukan tendangan pinalti. Shone tersinggung dan marah karena Top selalu menyuruhnya untuk melakukan pinalti. Tiba-tiba perempuan dari grup mayoret datang menghampiri mereka karena ingin foto dengan Top. Shone dengan sukarela menawarkan untuk memotret mereka. Namun para perempuna itu bertengkar karena memperebutkan posisi yang paling dekat dengan Top. Akhirnya, pertengkaran pun tak dapat dihindari. Bi Inn datang untuk melerai, sementara itu Shone daan Top kabur dari tempat itu.



Karena pertengkaran itu, para perempuan dari grup mayoret tidak bisa memimpin grup mayoret. Kepala Sekolah bingung, dan akan memikirkannya nanti.


Kasian Bu Inn juga luka -_-
Bu Inn melihat raket yang melayang di belakangnya dan langsung menoleh ke arah bawah. Rupanya Nam (Jadi lebih cantik, bersih dan rambutnya juga sudah panjang) dan teman-temannya sedang berusaha mengambil kock yang tersangkut.



Bu Inn memnghampiri Nam dan memintanya untuk menjadi pemimpin grup mayoret sekolah untuk Festifal Olahraga kota. Awalnya Nam ingin menolak karena festifalnya hanya tinggal 2 minggu lagi dan ia sama sekali tidak ada persiapan, namun Bu Inn terus memohon pada Nam. Pada hari pertama, Nam bahkan tak bisa menangkap tongkat mayoretnya sama sekali. Nam melempar tongkatnya sangat tinggi sehingga seluruh murid berlarian karena takut tertimpa. Nam putus asa, ia merasa tak mungkin bisa menangkap tongkat mayoretnya.



Cheer, Nim dan Gie tetap menyemangatinya. Kemudian Cheer membacaakan metode terakhir dalam buku 9 Metode Cinta. ‘Jika kamu ingin melakukan sesuatu karena cinta maka lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dia akan datang padamu’. Berkat dukungan dari teman-temannya, Nam terus berlatih siang-sore-malam di lapangan.



Bahkan ketika lapangannya sedang dipakai Shone dan Top bermain bola, Nam tetap berlatih. Nam berlatih menggunakan sapu sebagai pengganti tongkat mayoret. Malam harinya, Shone dan Top sedang melakukan pertandingan bola dan Nam juga berada disana untuk latihan. Ayah Shone dan temannya juga datang untuk melihat anaknya. Saat Top mau melakukan tendangan pinalti, Shone menghentikannya dan berkata kalau Shone akan mencobanya. Ayah Shone yang mengintip memutuskan untuk pergi karena takut, namun ditahan oleh temannya. Tendangan pinalti Shone membentur tiang gawang, Shone depresi. Ayahnya juga tak kuat melihatnya dan berniat untuk pergi tapi lagi-lagi temannya masih tertarik untuk melihat Shone. Top menepuk bahu Shone sambil tersenyum. Guru Phol mengatakan kalau dia belum meniup pluit dan menyuruh Shone untuk melakukannya lagi. Dan Shone akhirnya mencoba lagi. Goal yang diciptakan Shone disambut histeria teman-temannya, ayahnya juga sangat senang dan pergi dengan perasaa lega dari tempat itu. Nam juga ikut senang karena Shone menerima tawaran untuk menjadi pemain tetap di klub sepak bola sekolah. Mata Shone menatap penuh arti ke arah Nam yang berdiri di samping bangku penonton dan Nam tersenyum sambil mengangkat tongkat mayoretnya.


Hari festifal tiba, Nam dengan pakaian leader mayoret terlihat sangat cantik. Mereka berkeliling kota, Pang dan Ibu Nam senang melihatnya (Nam saat ini terlihat lebih cantik dari Pang dan Ibunya...) Shone dan Top juga ikut menonton Nam. Shone sibuk memotret Nam sementara Top hanya memandangi Nam.



Hari Valentine tiba, popularitas Nam langsung meningkat sejak Festifal. Semua pemuda tergila-gila padanya, Nam mendapatkan banyak coklat dan hadiah valentine. Tapi Nam terlihat tak bersemangat karena Nam hanya menunggu Shone yang tak kunjung datang.



Tiba-tiba temannya memangil Nam karena Shone datang untuk menemui Nam. Shone membawa pohon mawar yang masih ada akarnya. Hati Nam merasakan gemuruh, Shone tersenyum manis ke arah Nam. Tapi senyum Nam harus hilang ketika Shone mengatakan kalau bunga itu dari temannya. Di kamar, Nam memandangi pohon mawar itu dengan sedih dan kecewa.



Nam memutuskan untuk belajar, selembar kertas jatuh di antara bukunya. Itu adalah sebuah surat yang memberitahu kalau ada hal penting yang ingin dikatakan dan menyuruh Nam untuk datang di depan tangga sekolah pada jam empat. Nam mengira itu surat dari Shone. (Aku sih emang ngira ini surat dari Shone kok, jadi ya ikut seneng aja deh kayak Nam)



Nam menunggu di depan tangga dengan hati yang berdebar-debar. Saat Shone menghampiri dan memanggil nama Nam, tiba-tiba muncul Top menghalangi pandangan Nam. Shone yang melihat Top muncul hanya bisa terdiam di tempat sambil meremas tangannya. Nam bertanya pada Top, apakah benar kalau surat itu dari dia dan Top membenarkannya. (Hmm, Shone kasian banget yah... Kurasa, Top dan Shone memang memberi surat pada Nam) Top mengutarakan perasaannya pada Nam dan bertanya  apakah  Nam bersedia menjadi kekasihnya. Nam hanya diam, lalu Nam memandang Shone dan menanyakan apa ada yang ingin disampaikan oleh Shone. Shone mengatakan kalau dia hanya ingin menanyakan mengapa Nam masih ada di sekolah. Tapi pertanyaannya sudah terjawab dan Shone menepuk bahu Top lalu pergi. Nam menatap kepergian Shone dengan kecewa. Top menanyakan jawaban apa yang diberikan Nam untuknya. Tapi Nam hanya diam saja, Top beranggapan jika diam itu artinya Nam mau menjadi kekasihnya.



Top melihat Nam sedang berada di pinggir jalan, Top menghentikan motornya dan mengajak  Nam pergi bersamanya. Awalnya Nam menolak. Namun ketika Top mengatakan kalau hari itu adalah pertandingan pertama Shone, Nam langsung ingin ikut. 


Di pertandingan Shone yang kelelahan mengahmpiri bangku Nam dan meminta air. Top mengatakan kalau airnya baru saja diberikan pada Nam, seketika itu Nam langsung memberikan air itu pada Shone.




Nam pulang sekolah bersama Shone dan Top. Ia dibonceng Top, sementara Shone mengendarai motornya sendiri. Nam ingin berada di belakang Shone, di sepeda motornya... itu yang Nam katakan dalam hatinya.


Jumat, 13 Februari 2015

Permohonan Maaf Untuk Matahariku

Pagi ini aku kembali terbangun karena kehadiranmu dalam alam bawah sadarku. Kulirik jam yang bertengger di meja belajar, ini masih terlalu pagi untuk bisa dikatakan pagi. Aneh, kenapa kamu malah muncul dalam mimpiku? Apa mungkin karena aku terlalu rindu pada dirimu? Setelah sekian lama kita tak jumpa dan hanya bertegur sapa melalui dunia maya, itupun masih bisa dihitung dengan jari. Mungkin wajar bila aku merasa kehilangan sosokmu itu. Liburan semester kali ini terasa amat menyiksa, aku harus menahan semua yang kurasakan. Berusaha untuk tidak menghubungimu, berusaha untuk mengabaikanmu, apapun itu yang berkaitan denganmu, aku telah berusaha untuk tidak peduli.

Maaf. Karena saat terakhir kali kita bertemu dikampus, aku mengabaikan dan bersikap tak peduli padamu. Saat itu, aku hanya terlalu terkejut. Aku tidak menduga, kalau semuanya jadi begini. Selama dua semester aku berada disisimu, kita terlihat begitu dekat hingga teman-teman sekelas mengira kalau kita menjalin hubungan. Dua semester... Selama itu pula, aku merasakan kamu menjadi matahari dalam kehidupanku.

Maafkan aku...

Rasanya aku telah mengenalmu lebih. Mengetahui kisah masa lalumu, masa kecilmu saat duduk di taman kanak-kanak yang selalu kamu habiskan hanya untuk bermain hingga dimarahi orangtuamu, masih banyak hal tentangmu yang kucatat dalam memoriku. Tapi nyatanya aku justru tak tahu tentang hal yang satu itu, hal yang membuatku merasa  sangat bodoh dan bersalah. Ya, benar. Kamu selalu menceritakan semuanya padaku, tapi tidak untuk yang satu itu. Mengapa bibirmu itu bungkam untuk hal yang satu itu? Hah, mengapa?

Bagaimana bisa, aku tidak tahu tentang hal itu? Selama kita saling mengenal, kamu adalah pendengar setiaku. Dan rasanya, saat itu aku juga sudah menjadi pendengar yang baik untukmu. Apa telingaku ini melewatkan sebuah kalimat penting? Aku hanya tahu gadis yang kamu suka, gadis yang bisa membuatmu membeku saat melihatnya. Seingatku, kamu hanya menceritakan gadis itu, dan tidak ada gadis lainnya. Iya, kan? Mungkin, saat itu kamu lupa mengatakan dan mengenalkan kekasihmu itu padaku. Tapi, kurasa tidak. Bukankah aku telah mengatakannya padamu, jauh sebelum aku tahu tentang semua ini. Apa kamu ingat? Saat itu aku mengatakan padamu, jika suatu saat kamu memiliki kekasih. Aku harap, aku adalah orang pertama yang tahu tentang kabar baik itu. Ah, sudahlah... mungkin kamu lupa. Atau mungkin kamu sebenarnya ingat, tapi sengaja menyembunyikan semua ini dariku? Entahlah. Kalau kamu membaca ini, kuharap kamu mengingat peristiwa hari itu, dan kurasa kamu pasti mengingat semua yang kamu ucapkan saat itu.

Maaf juga karena setelah mengetahui itu semua, aku selalu berusaha menghindarimu dikelas. Menjaga jarak, bahkan menyapamu saja rasanya sulit kulakukan. Harusnya, aku tidak bertindak sebodoh itu. Tapi, kalau aku tetap menempel padamu, aku juga merasa menjadi orang yang lebih bodoh lagi. Sudah sewajarnya jika aku menarik diri dari kehidupanmu. Aku ini juga perempuan dan aku tak ingin menyakiti perasaan kekasihmu. Wajar kan, kalau aku sempat marah padamu karena tak jujur tentang kekasihmu itu? Untuk apa kamu berbohong padaku? Untuk apa? 

Kebohonganmu itu yang membuat semuanya makin rumit. Kalau saja saat itu kamu berkata jujur, mungkin tidak akan seperti ini rasanya. Kebohongan itu juga yang membuat kita menjadi merasa asing, kan? Membuatku merasa canggung dan serba salah. Aku juga tak bisa terus menerus menghindari dan mengabaikanmu. Tapi, untuk kembali seperti dulu lagi juga tak mungkin. Entah. 




Untuk kamu, yang sempat menjadi matahari dalam hidupku


Kamis, 12 Februari 2015

Mengimbangimu...

Malam ini aku kembali menatap langit yang penuh bintang, tetap sama indahnya meski hanya kunikmati seorang diri. Suara angin malam semakin membawa diriku kembali tenggelam dalam kenangan masa lalu. Masa saat kita masih bersama. Masa dimana kita hanya merasakan bahagia karena ledakan-ledakan cinta kita berdua. Masa saat semua yang kita lakukan terasa menyenangkan. Aku tersenyum kecil mengingat itu semua. Tak lama kemudian, aku tersenyum getir. 

Senyum itu masih tetap mengisi hariku, sampai pada suatu saat segalanya berubah. Tak ada lagi ledakan itu, bahkan letupan kecil pun tak juga muncul. Kamu dan aku bagaikan dua orang yang tak saling mengenal sebelumnya. Semuanya jadi datar. Abu-abu.
 
Aku semakin merasa jauh darimu, entah itu memang karena kamu seseorang yang super duper sibuk menenggelamkan diri dalam aktifitas atau mungkin ada alasan lain yang tak kutahu. Sebagai seseorang yang menyayangimu, aku hanya bisa mencoba untuk berpositif thinking. Oh iya, aku hampir saja lupa, kamu adalah si pintar dengan segudang prestasi, kan? Harusnya aku bisa lebih mengerti kamu. Harusnya aku bisa mengimbangimu. Dan aku harus terbiasa dengan sikap cuekmu ketika tak sengaja kita bertemu di koridor sekolah, kantin, ataupun saat di lab. Tanpa sadar, matamu itu diam-diam menoleh saat aku melewati ruang kelasmu. Ya, kalau boleh aku jujur, rasanya sangat tak menyenangkan jika harus seperti ini. Aku ingin mendapatkan penjelasan dari arti diam dan sikapmu belakangan ini.

Ketika aku mulai terbiasa denganmu yang seperti itu, barulah kamu datang. Aku masih ingat, suatu hari saat sekolah sudah mulai sepi kamu datang menghampiriku. Aku hanya diam, banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk dalam hati. Apa hanya dengan cara seperti ini kita bisa bertemu? Apa aku hanya bisa melihatmu  bersikap cuek seperti sebelumnya? Itulah pertanyaan yang selama ini aku pikirkan. Dan seakan kamu bisa membaca pikiranku, kamu tersenyum kecil padaku. Apakah aku bermimpi? Benarkah ini kamu? Ahrgg... rasanya seperti mimpi. Tapi ini nyata, aku bisa mendengar suara riangmu yang dulu sempat hilang, aku bisa merasakan jemari kita saling bertautan. Ini nyata, dan ini bukan mimpi. Melihatmu seperti ini, hanya bisa membuatku melengkungkan senyum. Tanpa aku minta terlebih dulu, kamu sudah melontarkan apa penyebab kamu seperti kemarin dan meminta maaf. 

Aku masih bungkam. Sedetik kemudian aku mulai membuka percakapan. Apakah dengan mengabaikanku terlebih dulu, kamu baru bisa menyelesaikan masalahmu itu? Tidak bisakah kamu membagi masalahmu itu padaku? Sesulit itukah? Seharusnya kamu memberitahu tentang kondisimu saat itu, supaya aku bisa mengimbangimu. Ingatlah, menjalin hubungan itu bukan sekedar menanyakan sudah makan atau belum saja. Tapi juga membagi kisah pada pasanganmu. Entah itu kisah yang membuatmu merasa senang atau sedih sekalipun. Kamu harus ingat itu! Aku juga minta maaf, kalau selama ini aku belum bisa mengerti dan mengimbangimu... 

Mendengar kalimat yang terlontar dariku, kamu menatap dalam bola mataku dan semakin mengeratkan jemariku dalam genggamanmu. Tetaplah disisiku, suara lirih itulah yang hanya bisa kudengar darimu. Setelah itu, kita berdua menyusuri lorong sekolah untuk pulang bersama.


Untuk kamu yang mungkin juga merasakannya...



Senin, 09 Februari 2015

KUNCI HATI

Bagimu mungkin sangat sulit untuk menerima semua kenyataan ini. Aku juga tak bisa menyalahkan jarak, karena terkadang jarak membuat segala sesuatu menjadi lebih indah. Aku masih dengan keyakinanku untuk menunggumu disini. Menunggu sosok yang sangat kurindukan kembali pulang. Pulang menuju tempat yang memang seharusnya disinggahi oleh sosokmu, kemudian menetap ditempat itu. Tempat yang selama ini aku kunci rapat-rapat, supaya jika kamu kembali pulang ke tempat itu, kamu masih bisa merasakan hal yang sama.


Teruntukmu yang jauh dimata...

Selasa, 03 Februari 2015

Ayam Penyet


Hai semua :D Sorry gue baru bisa nulis sekarang, harap maklum kemaren-kemaren sibuk nugas dan UAS hehehe. Oke, gue bakal cerita tentang makanan nih. Waktu diperjalanan pulang seusai mengerjakan tugas kuliah yang emang udah dikejar deadline, ceilah bahasanya hahaha... Gue, sama sahabat gue (kita sebut aja Miss G) sangat kelaparan. Alhasil, setelah ngubengin jalan yang sebenernya gue ga tau itu daerah mana X_X maklum, gue tipe orang yang gak hafal jalan kalo malem. Akhirnya kita memutuskan untuk makan di salah satu tempat makan yang lumayan sepi, mungkin efek karena hari udah malem kali yah. Yaudah, gue sama Miss G langsung mesen menu andalan ditempat makan itu.


Dan, ternyata Ayam penyetnya memang benar-benar delicious... Cocok banget buat kalian para pecinta pedas, gue kasih dua jempol deh hehehe. 

Nih dia si Miss G hehehe... tetep eksis sebelum makan



Sangat disayangkan sekali, waktu kita kesini... salah satu sahabat gue yang pecinta pedas ga ngikut. Coba kalo dia ngikut, pasti makin rame dan seru deh. Oke, next time pasti kita bakal kesana bareng. :) 
Ikutan eksis juga ahh... :D

Rasa dari Ayam Penyet ini, kalo menurut gue sih lumayan oke, harganya juga pas kok sama kantong mahasiswa. Suasana di tempat makannya juga, ya lumayan lah... hehehe.