First Love ( Crazy Little Thing Called Love )
Tanggal Rilis : 12 Agustus 2010 ( Thailand )
Genre : Komedi Romantis
Crazy Little
Thing Called Love ini merupakan film Thailand yang pertama kali aku tonton saat
masih duduk di bangku SMA. Pada saat itu, film ini sangat booming karena tema
yang di angkat film ini juga banyak ditemukan pada kehidupan nyata para remaja.
Tokoh utama dalam film ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta
film Thailand. Yap, chemistry Mario Maurer dan Baifern Pimchanok dalam film ini
sangat mengesankan.
Dalam sebuah pameran fotografi, seorang fotografer muda sedang diwawancara tentang hasil karyanya. Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi, dan fotografer itu meminta izin pada para pewawancara untuk pergi sebentar karena bayinya menangis. Para pewawancara yang melihatnya berbisik-bisik mengagumi ketampanan sang fotografer, namun sangat kecewa karena ternyata sudah mempunyai anak.
Lucunya anak ini... |
Wah tipe Ayah idaman banget kan ^-^ |
Nam seorang gadis SMP berkulit gelap dan berkacamata sedang berada di sebuah toko kue dengan ketiga temannya, Cheer, Nim dan Gie. Sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh seorang pemuda tampan melintasii toko kue tersebut. Nam hanya bisa melihat pemandangan itu dari balik kaca toko kue dengan terpesona. Teman-temannya yang menyadari arah pandangan Nam langsung menghampiri Nam dan menjahilinya. (Adegan ini lucu deh, kocak banget lihat kelakuan teman-temannya Nam)
Kemudian
Nam langsung ke bandara untuk menjemput seorang bule bernama James Bean. Ibu
Nam adalah pemilik sebuah penginapan dan restoran murah untuk para turis
backpacker. Setelah sampai dirumah, ibunya menanyakan bagaimana dengan
sekolahnya hari ini. Nam menjawab masih sama seperti biasa, karena dia masih
bersama Cheer, Nim dan Gie. Sang ibu kembali bertanya pada Nam, Apakah tidak
merasa bosan karena sudah berteman sejak kelas satu. Pang adiknya Nam,
mengatakan kalau kakaknya itu tidak punya pilihan lain. Tidak ada yang mau
berteman dengan kakak karena penampilannya seperti itu. (Awalnya, aku rada gak
yakin kalau Nam anak kandung soalnya dia beda banget sama Ibu dan adiknya yang
cantik hihihi)
Nam
merasa kesal mendengar perkataan adiknya, Nam pun menarik kepangan Pang. Ibu
yang melihat kejadian itu melerai dan manasihati anak-anaknya. Menurut ibu,
teman adalah teman, bukan masalah penampilan. Tapi, Pang masih saja mengejek
Nam. Pang merasa beruntung karena terlahir mirip dengan ibu, jika ia mirip ayah
pasti akan seperti Nam. Ibu yang mendengar perkataan itu, menasihati Pang lagi
dan berkata kalau Ayah mendengar itu pasti akan sedih. (Ternyata Nam lebih
mirip dengan Ayah yang sedang berada di Amerika)
Saat
Nam sedang menikmati es krim, dia dikagetkan oleh seorang pemuda yang jatuh
dari atas pohon. Itu adalah pemuda pengendara motor yang dilihat Nam saat di toko
kue. Pemuda itu memberikan Mangga pada Nam, Nam pun menerimanya dengan hati
yang berbunga-bunga. (Wih, Nam seneng banget yah padahal cuma dikasih mangga.
Gimana kalo dikasih bunga, mungkin Nam bakal nerima dengan hati yang
bermangga-mangga kali ya X_X) Tak lama setelahnya, Nam melihat pemuda itu
juga memberikan mangga pada perempuan lain dan seketika itu wajah Nam berubah.
Keesokan
harinya di sekolah, Nam, Cheer, Nim dan Gie menghabiskan waktu istirahat mereka
dengan membaca majalah dibawah pohon. Teman-teman Nam asyik membaca ramalan
tentang pemuda yang cocok untuk mereka. Nam tidak memperhatikannya, sejak tadi
Nam hanya memandang seorang pemuda yang menggunakan stiker hitam di alisnya
sedang bermain bola. Rupanya pemuda mangga itu satu sekolah dengan Nam.
Saat
Bu Inn sedang menyampaikan pelajaran bahasa inggris, Nam dan teman-teemannya
sibuk mengobrol lewat kertas. Mereka sedang membicarakan pemuda mangga. Cheer
memberitahu kalau pemuda itu bernama Shone. Bu Inn melihat Cheer yang sedang
mengobrol, kemudian menghukumnya untuk menjelaskan apa arti dari You’re My
Inspiration. Cheer yang tidak mengerti langsung menoleh Nam. Nam pun memberi
tahu Cheer secara diam-diam.. Tiba-tiba Pak Phol lewat kelas mereka, dan Bu Inn
terpesona oleh ketampanan Pak Phol. (Lucu banget pas lihat Cheer ketauan,
hihihi)
Di
tengah pelajaran Nam meminta izin untuk pergi ke toilet. Di perjalanan menuju
toilet, Nam berhenti sebentar untuk mengintip Shone di kelasnya. Terlihat Shone
sedang menjahili bangku temannya. Nam tersenyum geli lalu melanjutkan pergi ke
toilet. Saat Nam ingin kembali ke kelasnya, ia melihat Shone yang sedang
dihukum. Shone dihukum berdiri di luar kelas sambil mengangkat satu kakinya dan
merentangkan kedua tangannya. Tanpa sepengetahuan guru, Shone memakai headset dan
mendengarkan lagu. Ketika Nam melewati Shone, Shone memberi isyarat agar Nam
tidak memberitahu gurunya.
Dirumah,
Nam berdiri memandang dirinya di cermin. Dia sadar kalau tidak ada kemungkinan
Shone memperhatikan dirinya karena kulit Nam yang gelap. Pamannya yang bekerja
bersama ayah Nam di Amerika tiba dirumah Nam. Pamannya menyampaikan pesan Ayah
Nam, jika diantara Nam dan Pang mendapatkan juara 1 maka ia bisa datang ke
Amerika. Nam yang sangat ingin bertemu dengan ayahnya, bertekad untuk mendapatkan
juara 1. (Lucunya pas Nam janji bakal dapet juara satu, Pang langsung nanya apa bisa dari peringkat 30 ke juara 1. Ketauan banget kalo Nam itu awalnya #... Gubrak)
Saat
istirahat, Nam yang sedang mengantri minuman untuk teman-temannya diganggu oleh
Maew dan Ding (Anak-anak basket). Shone yang ada di tempat itu langsung
memberikan 4 gelas minuman kepada Nam. Rupanya Maew dan Ding tak suka dengan
Shone karena menurut mereka Shone sok pahlawan, mereka mengajak Shone bertarung
dibelakang sekolah. Tadinya Shone tak mau meladeni mereka. Tapi, saat Ding
menghina ayah Shone karena tendangan pinaltinya meleset, Shone akhirnya
meladeni Ding.
Nam yang mendengar perkelahian Shone, segera kembali ke sekolah.
(Saking khawatirnya, Nam sampe linglung gitu yah... hahaha) Namun saat tiba
di sekolah, Shone dan yang lainnya sudah pergi. Nam menemukan kancing yang
berlumuran darah dan mengambilnya.
Sesampainya
di rumah, Nam menyimpan Minuman dari Shone di dalam kulkas (Minuman itu di
beri note ‘Jangan diminum’) Saat di kamar, Nam membersihkan kancing yang
ditemukan di sekolah dan menggambar sebuah emot senyum di kancing itu. Nam
mengira kalau itu adalah kancing milik Shone, dan memanggil kancing itu dengan
sebutan tuan kancing.
Saat
upacara sekolah, Bu Inn menyebutkan murid-murid yang kemarin berkelahi untuk
datang ke ruangan guru. Saat di ruangan guru, Shone mendapatkan hukuman rotan.
Nam merasa bersalah, karena dirinya Shone dihukum. Nam menunggu Shone di depan
ruang guru dan mengatakan minta maaf serta memberikan plester untuk luka Shone.
Saat Nam hendak pergi, Shone memanggil nama Nam dan mengucapkan terima kasih.
Sepulang sekolah, Nam pergi ke danau dan berteriak senang karena ternyata Shone
tahu namanya. (Cie...cie... Nam, sampe segitunya hahaha...)
Di
toko kue tempat biasa Nam dan kawan-kawan berkumpul, Cheer menemukan buku 20
trik menggaet senior untuk menjadi pacar. Nam pura-pura tidak tertarik dan
lebih memilih membaca buku rahasia menjadi juara 1. Cheer menggoda Nam dan
menanyakan apa dia serius ingin menjadi juara 1. Nam menjawab kalau dirinya
sangat serius. Sudah 5 tahun tidak bertemu ayah dan sangat ingin bertemu dengan
ayah. Beberapa saat kemudian, kakak kelas mereka lewat sambil membawa sebuah
buku berjudul ‘9 Metode Cinta’. Kakak kelas itu mengatakan bahwa buku itu ampuh
sekali dan membuatnya bisa berpacaran dengan orang yang dia sukai. Cheer, Nim
dan Gie tertarik dan langsung membeli buku itu, kemudian membacanya di rumah
Nam.
Metode
pertama dari Yunani di dalam buku itu mengatakan ‘Pergilah ke tempat dimana
banyak bintang seorang diri, lalu tariklah garis dari bintang satu ke bintang
yang lainnya sampai membentuk nama pria yang kau sukai’ Cheer, Nim dan Gie
langsung menuju jendela dan menarik nama masing-masing pujaan hati mereka.
Sementara Nam tetap duduk dikursi dan melanjutkan membaca. Saat teman-temannya
sudah pulang, Nam segera berlari ke jendela dan menarik nama Shone di antara
bintang-bintang dengan sepenuh hati.
Sementara
itu, Shone sedang bermain bola dengan teman-temannya. Tiba-tiba sang pelatih
fotografinya datang membawa poster tentang lomba fotografi yang akan diikuti
Shone. Dari kejauhan sang ayah memperhatikan Shone. Ayahnya mengatakan kalau
Shone selalu bermain bola, tapi tak pernah mau ikut klub sepak bola sekolah
kepada sang istri. Ibunya Shone menyarankan agar membiarkan, karena Shone
bermain bola hanya untuk bersenang-senang bukan untuk bertanding. Ayah Shone
menyesali dan menyalahkan dirinya karena tak berhasil melakukan tendangan
pinalti. Ibu Shone mengatakan kalau Shone tidak bermain bola karena trauma.
Pagi
harinya di sekolah, Nam datang dengan penampilan baru. Nam memasang kawat gigi.
Sementara Gie berkata kalau Nam aneh dengan kawat gigi. Tapi, Nam mengatakan
kalau kawat gigi itu kelihatan indah.
Nim
membaca metode kedua dari Suku Maya yang ada di dalam buku itu ‘Pusatkan
pikiranmu dan tetaplah orang yang kau suka. Usahakan kau menguasai pikiranya,
kemudian suruh ia melakukan sesuatu, jika berhasil, maka ia pasangan jiwamu...’ Sebelum
Nim selesai membaca, Nam sudah memandang Shone dan memusat pikirannya agar
Shone menoleh ke arahnya. Shone pun menoleh karena temannya menyuruh Shone
menoleh agar temannya itu bisa mengambil bakso Shone. Di
tempat lain, Bu Inn sedang bahagia karena diberi sekotak telur asin oleh Pak
Phol. Bu Inn mengira kalau hanya dirinya yang mendapat telur asin itu. Bu Inn
terkejut saat sampai di kantor guru, masing-masing meja guru penuh dengan kotak
telur asin, bahkan ada yang lebih dari satu kotak. Gubrak banget kan...
Metode
yang ketiga dari Skotlandia mengatakan ‘Berikan sesuatu yang berlambang hati
kepada pujaanmu’ Kali ini Nam dibantu teman-temannya untuk memberikan Shone
sekotak coklat. Cheer dan Nim menyingkirkan semua hadiah yang ada di atas motor
Shone (Udah kebayang kan, berapa banyak perempuan yang ngefans sama Shone...)
dan mereka menaruh kotak coklat Nam di atas motor Shone.
Saat Shone mengambil
coklat tersebut, Nam dan kawan-kawannya mengintip dari balik tembok. Dan
ternyata, karena terlalu lama berada dibawah matahari coklat itu mencair. (Hiks, sedih banget pasti kalo jadi Nam...) Tiba-tiba Faye yang merupakan
perempuan tercantik satu sekolah menghampiri Shone dan memberikan kue mangga
buatannya. Shone sangat senang dan mengucapkan terima kasih. Nam yang melihat
kejadian itu pun putus asa.
Ketika
sedang ujian Bahasa Inggris, Pak Phol menghampiri Bu Inn dan menyampaikan kalau
bisa Bu Inn datang ke rumahnya untuk makan malam. Bu Inn salah paham, karena
mengira Pak Phol mengajaknya kencan. Pak Phol menjelaskan kalau itu bukan
kencan, karena Pak Phol juga mengundang guru-guru yang lain. Dan Bu Inn
langsung memasang wajah kesalnya, Nam menghampiri Bu In dan menyerahkan kertas
ujian. Mungkin karena masih terbawa emosi, Bu Inn meremas kertas ujian Nam dan
membuangnya. Saat sudah sadar, Bu Inn meminta Nam menolongnya mengambil kertas
itu lagi. (Lucu banget liat Bu Inn dan Nam, hahaha...)
Cheer mempunyai ide, Cheer mengatakan kalau Shone harus
mengantar Nam pulang agar mereka berdua bisa dekat dan makin romantis. Mereka
mencari cara agar Nam bisa pulang dengan Shone. Akhirnya, Cheer membuang kunci
motor milik Nim. Dan saat mereka melihat ke arah Shone, ternyata Faye sudah
berjalan mendekati Shone sambil berpura-pura kakinya terkilir. Shone menawarkan
tumpangan pada Faye, dan saat sudah dimotor Faye tersenyum menang ke arah Nam.
(Aish... pinter banget sih si Faye aktingnya, ckckck...)
Tahun
berikutnya... Di atas atap rumahnya, Nam sedang melamun sambil mendengarkan
musik sedih. Cheer, Nim dan Gie datang dan ingin mempraktekan metode ketujuh dari
buku itu. Cinta, berarti harus membangun diri sendiri. Gunakanlah kekuatan
cinta agar kita bisa menjadi lebih pintar, lebih cantik dan lebih baik dari
sebelumnya. Maka akhirnya dia akan melihat kita. Cheer dan teman-temannya
melakukan segala macam perawatan pada tubuh Nam. Mulai dari masker semangka,
lulur kunyit agar Nam terlihat lebih cantik. (Lagunya enak banget nih pas
bagian ini, jadi inget temen-temen SMA deh)
Nam yang sudah selesai perawatan,
datang ke toko olahraga milik ayah Shone. Mereka ingin bertemu Shone, tapi
rupanya Shone sedang pergi. Saat hendak pergi dari toko, Shone baru saja
datang. Shone manyapa Nam, kemudian heran dengan warna kulit Nam. Karena
perawatan kunyit membuat warna kulit Nam terlihat kuning. Shone menanyakan
apakah Nam menderita sakit kuning sambil memeriksa suhu tubuh Nam. Nam hanya
menggeleng gugup berusahan tersenyum. Saat itu juga, Faye datang dan
berpura-pura hendak membeli sekotak bola pimpong. Nam yang kesal menjatuhkan
bola pimping yang dipegangnya sehingga Faye terpeleset.
Di
sekolah akan diadakan pentas seni. Klub drama Bu Inn terlihat kosong dan tak
ada yang mendaftar, sementara klub tari milih Bu Orn penuh antrian. Di antara
antrian yang panjang, terdapat Nam, Cheer, Nim dan Gie. Saat sedang mengantri,
Cheer menyarankan agar Nam melepas kacamatanya. Nam melepas kacamatanya sambil
cemberut dan mengatakan kalau mereka tidak cocok masuk klub tari karena Bu Orn
hanya memilih siswi yang cantik.
Shone lewat dan menumbulkan kehebohan. Faye memanggil Shone dan bertanya akan ikut klub apa. Shone menjawab akan mengikuti klub fotografi. Faye tersenyum genit dan mengatakan kalau Shone butuh model, shone bisa memanggil Faye kapan saja. Nam, Cheer, Nim dan Gie manatap Faye dengan kesal. Shone mengatakan kalau dia mengambil pemandangan bukan orang. Cheer dan teman-temannya menertawakan Faye. Tapi Faye tak menyerah, Shone pun mengambil foto Faye. Faye memasang pose. Di foto kedua, Nam ikut-ikutan berpose dibelakang Faye. Shone berkata kalau Nam sudah tak kuning lagi, dan Nam pun tersenyum gugup. Faye terlihat sangat tak suka dan menghina Nam. Nam dan teman-temannya emosi mendengar hinaan dari Faye hingga membuat murid yang sedang mengantri terdorong ke depan.
Bu Orn menyuruh murid-murid yang membuat masalah untuk pergi dari antrian. Saat mereka hendak pergi, Bu Orn memanggil Faye dan temannya untuk tetap tinggal. (Aduh, Bu Orn memang bener-bener deh pemilih banget...)
Shone lewat dan menumbulkan kehebohan. Faye memanggil Shone dan bertanya akan ikut klub apa. Shone menjawab akan mengikuti klub fotografi. Faye tersenyum genit dan mengatakan kalau Shone butuh model, shone bisa memanggil Faye kapan saja. Nam, Cheer, Nim dan Gie manatap Faye dengan kesal. Shone mengatakan kalau dia mengambil pemandangan bukan orang. Cheer dan teman-temannya menertawakan Faye. Tapi Faye tak menyerah, Shone pun mengambil foto Faye. Faye memasang pose. Di foto kedua, Nam ikut-ikutan berpose dibelakang Faye. Shone berkata kalau Nam sudah tak kuning lagi, dan Nam pun tersenyum gugup. Faye terlihat sangat tak suka dan menghina Nam. Nam dan teman-temannya emosi mendengar hinaan dari Faye hingga membuat murid yang sedang mengantri terdorong ke depan.
Bu Orn menyuruh murid-murid yang membuat masalah untuk pergi dari antrian. Saat mereka hendak pergi, Bu Orn memanggil Faye dan temannya untuk tetap tinggal. (Aduh, Bu Orn memang bener-bener deh pemilih banget...)
Faye
yang masih dendam pada Nam, meracik minuman dengan menambahkan kecap ikan.
Ketika Nam lewat, Faye memberikan minuman itu sebagi permintaan maafnya. Nam
menerima minuman itu tanpa curiga sedikit pun. Namun sebelum Nam meminumnya,
Pin seorang teman Shone menahan tangan Nam dan menyuruh Faye untuk mencoba
minuman itu lebih dulu. (Rupanya Kak Pin sejak tadi memperhatikan Faye... Wah,
baiknya Kakak ini) Faye hanya diam dan salah tingkah, Pin menanyakan kenapa
Faye tak mau meminumnya. Pin mengatakan kepada Nam untuk berhati-hati jika tak
mau meminum kecap asin.
Setelah itu, Pin kembali ke bangku Shone dan kawan-kawannya sambil menceritakan perbuatan Faye.
Setelah itu, Pin kembali ke bangku Shone dan kawan-kawannya sambil menceritakan perbuatan Faye.
Bu
Inn yang tak menemukan satu pun peminat di klub drama menghampiri Nam. Bu Inn
mengatakan kalau Nam dan teman-temannya sudah diterima di klub drama. Bu Inn
menyuruh mereka untuk datang ke auditorium. Bu Inn melihat minuman kecap asin
yang belum sempat dibuang Nam dan meminumnya. (Reaksinya Bu Inn lucu banget
deh...)
Nam dan teman-temannya datang ke auditorium terlambat. Shone juga ada di auditorium, Nam terlihat senang. Klub drama akan mementaskan Snow White dan karena hanya Nam yang terbaik dalam pelajaran bahasa Inggris, maka Nam yang terpilih menjadi Snow White. Sedangkan Shone menjadi kelinci dan penata panggung saja. Saat latihan drama selesai, Nam pergi ke belakang panggung yang dikira sudah sepi, ternyata ada Shone disana dan mereka hanya berdua. Shone menanyakan apakah Nam sudah mau pulang dan Nam mengangguk. Shone masih asik memotret. Mata Nam fokus memperhatikan buku ‘9 Metode Cinta’ yang ada di dekat Shone. Buru-buru Nam mengambil buku itu saat Shone sedang memotret. Kemudian sebuah kertas jatuh di dekat kaki mereka. Dengan sigap, Nam langsung menutupi kertas itu dengan kakinya dan menyeretnya.
(Ternyata kertas itu adalah nomor telepon Shone...) Bu In meminta bantuan Pin untuk menjadi tata rias di klub drama. Bu Inn menyuruh Pin mendandani Nam terlebih dahulu. Terlihat Shone dibelakang Nam memberikan isyarat pada Pin agar melakukan yang terbaik. Kemudian, Nam memakai baju Snow White dan muncul dihadapan teman-temannya. Nam terlihat lebih cantik, semuanya memuji keahlian Pin. Namun Shone mengatakan kalau Nam masih sama, Snow White dengan kawat gigi. (Jleb banget deh denger Shone ngomong begitu... hiks, sabar ya Nam)
Nam dan teman-temannya datang ke auditorium terlambat. Shone juga ada di auditorium, Nam terlihat senang. Klub drama akan mementaskan Snow White dan karena hanya Nam yang terbaik dalam pelajaran bahasa Inggris, maka Nam yang terpilih menjadi Snow White. Sedangkan Shone menjadi kelinci dan penata panggung saja. Saat latihan drama selesai, Nam pergi ke belakang panggung yang dikira sudah sepi, ternyata ada Shone disana dan mereka hanya berdua. Shone menanyakan apakah Nam sudah mau pulang dan Nam mengangguk. Shone masih asik memotret. Mata Nam fokus memperhatikan buku ‘9 Metode Cinta’ yang ada di dekat Shone. Buru-buru Nam mengambil buku itu saat Shone sedang memotret. Kemudian sebuah kertas jatuh di dekat kaki mereka. Dengan sigap, Nam langsung menutupi kertas itu dengan kakinya dan menyeretnya.
(Ternyata kertas itu adalah nomor telepon Shone...) Bu In meminta bantuan Pin untuk menjadi tata rias di klub drama. Bu Inn menyuruh Pin mendandani Nam terlebih dahulu. Terlihat Shone dibelakang Nam memberikan isyarat pada Pin agar melakukan yang terbaik. Kemudian, Nam memakai baju Snow White dan muncul dihadapan teman-temannya. Nam terlihat lebih cantik, semuanya memuji keahlian Pin. Namun Shone mengatakan kalau Nam masih sama, Snow White dengan kawat gigi. (Jleb banget deh denger Shone ngomong begitu... hiks, sabar ya Nam)
Besoknya
Nam melepas kawat giginya. Saat latihan
drama, yang berperan sebagai pangeran tiba-tiba terkena diare. Bu Inn meminta
Shone yang saat itu sedang melukis untuk menjadi pangeran sementara.
Adegan yang diperankan saat itu adalah pangeran mencium Snow White agar bisa bangun dari tidurnya. Nam memejamkan mata, namun saat membuka matanya lagi sang pangeran asli sudah kembali. Nam yang kaget, langsung melompat dari kasurnya. Karena panik, Nam tersandung dan hampir jatuh. Tangan Shone menarik Nam dan menahannya agar tidak jatuh. Shone menarik Nam hingga ke dalam pelukannya dan mengatakan kalau Nam hampir mematahkan leher Nam.
Malamnya, Nam berusaha menelpon Shone. Saat Shone mengangkat teleponnya dan menjawab, Nam berlari ke luar rumah lalu berteriak karena kegirangan. Saat kembali ke dalam kamar, Shone sudah menutup teleponnya.
Adegan yang diperankan saat itu adalah pangeran mencium Snow White agar bisa bangun dari tidurnya. Nam memejamkan mata, namun saat membuka matanya lagi sang pangeran asli sudah kembali. Nam yang kaget, langsung melompat dari kasurnya. Karena panik, Nam tersandung dan hampir jatuh. Tangan Shone menarik Nam dan menahannya agar tidak jatuh. Shone menarik Nam hingga ke dalam pelukannya dan mengatakan kalau Nam hampir mematahkan leher Nam.
Malamnya, Nam berusaha menelpon Shone. Saat Shone mengangkat teleponnya dan menjawab, Nam berlari ke luar rumah lalu berteriak karena kegirangan. Saat kembali ke dalam kamar, Shone sudah menutup teleponnya.
Hari
pentas tiba. Seperti tahun sebelumnya, pertunjukan tari klub Bu Orn mendapat
sambutan hangat dari murid-murid. Semua kursi penonton penuh hanya untuk
melihat Faye yang menari. Ketika pertunjukan drama dari klub Bu Inn, satu
persatu penonton meninggalkan bangku. Hanya ada beberapa penonton yang bertahan
dengan wajah bosan. Nam tak melihat Shone, yang ia lihat malah seorang pemuda
tampan yang tidak dikenal sedang memandangi dirinya dengan terpesona. Sementara
itu Shone sedang di ruang guru karena mendapat pengumuman kalai ia memenangkan
lomba fotografi dan ia harus pergi untuk mengambil hadiah bersama Kepala
Sekolah.
Setelah pertunjukan selesai, Nam menemukan sebuah apel dan ada selembar kertas dibawahnya. Di kertas itu tertulis kalau Apelnya tidak beracun karena saya sudah mencicipinya, Nam memandang apel itu dengan senang. Cheer menanyakan apel itu dari siapa, dan Nam menjawab pasti itu dari Shone. Malam harinya, Nam melampiaskan kekesalannya pada Tuan Kancing. Nam berpikir Shone lebih memilih menonton Faye daripada dirinya. Nam membuang Tuan Kancing, kemudian memungutnya lagi dari tong sampah.
Setelah pertunjukan selesai, Nam menemukan sebuah apel dan ada selembar kertas dibawahnya. Di kertas itu tertulis kalau Apelnya tidak beracun karena saya sudah mencicipinya, Nam memandang apel itu dengan senang. Cheer menanyakan apel itu dari siapa, dan Nam menjawab pasti itu dari Shone. Malam harinya, Nam melampiaskan kekesalannya pada Tuan Kancing. Nam berpikir Shone lebih memilih menonton Faye daripada dirinya. Nam membuang Tuan Kancing, kemudian memungutnya lagi dari tong sampah.
Keesokan
harinya, Shone kedatangan teman lamanya yaitu Top (Pemuda yang memandangi Nam
saat pertunjukan drama) top langsung terkenal karena dia tampan, dan ramah. Di
kantin para siswa sedang memutar drama Snow White yang diperankan oleh Nam.
Semua siswa tidak mengenali kalau Snow White itu adalah Nam. Sejak itu Nam yang
terlihat lebih manis dan cantik langsung terkenal di sekolah. Top terpesona
dengan kecantikan Nam. Top bertanya pada
Shone apakah Nam sudah memiliki pacar dan Shone menjawab kalau sepertinya Nam
belum punya pacar tapi Shone melarang Top untuk medekatinya.
Tahun
berikutnya... Shone dan Top bermain bola seperti biasa, kemudian Top menyuruh
Shone untuk melakukan tendangan pinalti. Shone tersinggung dan marah karena Top
selalu menyuruhnya untuk melakukan pinalti. Tiba-tiba perempuan dari grup
mayoret datang menghampiri mereka karena ingin foto dengan Top. Shone dengan
sukarela menawarkan untuk memotret mereka. Namun para perempuna itu bertengkar
karena memperebutkan posisi yang paling dekat dengan Top. Akhirnya,
pertengkaran pun tak dapat dihindari. Bi Inn datang untuk melerai, sementara
itu Shone daan Top kabur dari tempat itu.
Karena
pertengkaran itu, para perempuan dari grup mayoret tidak bisa memimpin grup
mayoret. Kepala Sekolah bingung, dan akan memikirkannya nanti.
Bu Inn melihat
raket yang melayang di belakangnya dan langsung menoleh ke arah bawah. Rupanya Nam
(Jadi lebih cantik, bersih dan rambutnya juga sudah panjang) dan
teman-temannya sedang berusaha mengambil kock yang tersangkut.
Bu Inn memnghampiri Nam dan memintanya untuk menjadi pemimpin grup mayoret sekolah untuk Festifal Olahraga kota. Awalnya Nam ingin menolak karena festifalnya hanya tinggal 2 minggu lagi dan ia sama sekali tidak ada persiapan, namun Bu Inn terus memohon pada Nam. Pada hari pertama, Nam bahkan tak bisa menangkap tongkat mayoretnya sama sekali. Nam melempar tongkatnya sangat tinggi sehingga seluruh murid berlarian karena takut tertimpa. Nam putus asa, ia merasa tak mungkin bisa menangkap tongkat mayoretnya.
Cheer, Nim dan Gie tetap menyemangatinya. Kemudian Cheer membacaakan metode terakhir dalam buku 9 Metode Cinta. ‘Jika kamu ingin melakukan sesuatu karena cinta maka lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dia akan datang padamu’. Berkat dukungan dari teman-temannya, Nam terus berlatih siang-sore-malam di lapangan.
Kasian Bu Inn juga luka -_- |
Bu Inn memnghampiri Nam dan memintanya untuk menjadi pemimpin grup mayoret sekolah untuk Festifal Olahraga kota. Awalnya Nam ingin menolak karena festifalnya hanya tinggal 2 minggu lagi dan ia sama sekali tidak ada persiapan, namun Bu Inn terus memohon pada Nam. Pada hari pertama, Nam bahkan tak bisa menangkap tongkat mayoretnya sama sekali. Nam melempar tongkatnya sangat tinggi sehingga seluruh murid berlarian karena takut tertimpa. Nam putus asa, ia merasa tak mungkin bisa menangkap tongkat mayoretnya.
Cheer, Nim dan Gie tetap menyemangatinya. Kemudian Cheer membacaakan metode terakhir dalam buku 9 Metode Cinta. ‘Jika kamu ingin melakukan sesuatu karena cinta maka lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dia akan datang padamu’. Berkat dukungan dari teman-temannya, Nam terus berlatih siang-sore-malam di lapangan.
Bahkan
ketika lapangannya sedang dipakai Shone dan Top bermain bola, Nam tetap
berlatih. Nam berlatih menggunakan sapu sebagai pengganti tongkat mayoret. Malam harinya, Shone dan Top sedang melakukan pertandingan bola dan Nam juga
berada disana untuk latihan. Ayah Shone dan temannya juga datang untuk melihat
anaknya. Saat Top mau melakukan tendangan pinalti, Shone menghentikannya dan
berkata kalau Shone akan mencobanya. Ayah Shone yang mengintip memutuskan untuk
pergi karena takut, namun ditahan oleh temannya. Tendangan pinalti Shone
membentur tiang gawang, Shone depresi. Ayahnya juga tak kuat melihatnya dan
berniat untuk pergi tapi lagi-lagi temannya masih tertarik untuk melihat Shone.
Top menepuk bahu Shone sambil tersenyum. Guru Phol mengatakan kalau dia belum
meniup pluit dan menyuruh Shone untuk melakukannya lagi. Dan Shone akhirnya
mencoba lagi. Goal yang diciptakan Shone disambut histeria teman-temannya,
ayahnya juga sangat senang dan pergi dengan perasaa lega dari tempat itu. Nam
juga ikut senang karena Shone menerima tawaran untuk menjadi pemain tetap di
klub sepak bola sekolah. Mata Shone menatap penuh arti ke arah Nam yang berdiri
di samping bangku penonton dan Nam tersenyum sambil mengangkat tongkat
mayoretnya.
Hari
festifal tiba, Nam dengan pakaian leader mayoret terlihat sangat cantik. Mereka
berkeliling kota, Pang dan Ibu Nam senang melihatnya (Nam saat ini terlihat
lebih cantik dari Pang dan Ibunya...) Shone dan Top juga ikut menonton Nam.
Shone sibuk memotret Nam sementara Top hanya memandangi Nam.
Hari Valentine tiba, popularitas Nam langsung meningkat sejak Festifal. Semua pemuda tergila-gila padanya, Nam mendapatkan banyak coklat dan hadiah valentine. Tapi Nam terlihat tak bersemangat karena Nam hanya menunggu Shone yang tak kunjung datang.
Tiba-tiba temannya memangil Nam karena Shone datang untuk menemui Nam. Shone membawa pohon mawar yang masih ada akarnya. Hati Nam merasakan gemuruh, Shone tersenyum manis ke arah Nam. Tapi senyum Nam harus hilang ketika Shone mengatakan kalau bunga itu dari temannya. Di kamar, Nam memandangi pohon mawar itu dengan sedih dan kecewa.
Nam memutuskan untuk belajar, selembar kertas jatuh di antara bukunya. Itu adalah sebuah surat yang memberitahu kalau ada hal penting yang ingin dikatakan dan menyuruh Nam untuk datang di depan tangga sekolah pada jam empat. Nam mengira itu surat dari Shone. (Aku sih emang ngira ini surat dari Shone kok, jadi ya ikut seneng aja deh kayak Nam)
Nam menunggu di depan tangga dengan hati yang berdebar-debar. Saat Shone menghampiri dan memanggil nama Nam, tiba-tiba muncul Top menghalangi pandangan Nam. Shone yang melihat Top muncul hanya bisa terdiam di tempat sambil meremas tangannya. Nam bertanya pada Top, apakah benar kalau surat itu dari dia dan Top membenarkannya. (Hmm, Shone kasian banget yah... Kurasa, Top dan Shone memang memberi surat pada Nam) Top mengutarakan perasaannya pada Nam dan bertanya apakah Nam bersedia menjadi kekasihnya. Nam hanya diam, lalu Nam memandang Shone dan menanyakan apa ada yang ingin disampaikan oleh Shone. Shone mengatakan kalau dia hanya ingin menanyakan mengapa Nam masih ada di sekolah. Tapi pertanyaannya sudah terjawab dan Shone menepuk bahu Top lalu pergi. Nam menatap kepergian Shone dengan kecewa. Top menanyakan jawaban apa yang diberikan Nam untuknya. Tapi Nam hanya diam saja, Top beranggapan jika diam itu artinya Nam mau menjadi kekasihnya.
Hari Valentine tiba, popularitas Nam langsung meningkat sejak Festifal. Semua pemuda tergila-gila padanya, Nam mendapatkan banyak coklat dan hadiah valentine. Tapi Nam terlihat tak bersemangat karena Nam hanya menunggu Shone yang tak kunjung datang.
Tiba-tiba temannya memangil Nam karena Shone datang untuk menemui Nam. Shone membawa pohon mawar yang masih ada akarnya. Hati Nam merasakan gemuruh, Shone tersenyum manis ke arah Nam. Tapi senyum Nam harus hilang ketika Shone mengatakan kalau bunga itu dari temannya. Di kamar, Nam memandangi pohon mawar itu dengan sedih dan kecewa.
Nam memutuskan untuk belajar, selembar kertas jatuh di antara bukunya. Itu adalah sebuah surat yang memberitahu kalau ada hal penting yang ingin dikatakan dan menyuruh Nam untuk datang di depan tangga sekolah pada jam empat. Nam mengira itu surat dari Shone. (Aku sih emang ngira ini surat dari Shone kok, jadi ya ikut seneng aja deh kayak Nam)
Nam menunggu di depan tangga dengan hati yang berdebar-debar. Saat Shone menghampiri dan memanggil nama Nam, tiba-tiba muncul Top menghalangi pandangan Nam. Shone yang melihat Top muncul hanya bisa terdiam di tempat sambil meremas tangannya. Nam bertanya pada Top, apakah benar kalau surat itu dari dia dan Top membenarkannya. (Hmm, Shone kasian banget yah... Kurasa, Top dan Shone memang memberi surat pada Nam) Top mengutarakan perasaannya pada Nam dan bertanya apakah Nam bersedia menjadi kekasihnya. Nam hanya diam, lalu Nam memandang Shone dan menanyakan apa ada yang ingin disampaikan oleh Shone. Shone mengatakan kalau dia hanya ingin menanyakan mengapa Nam masih ada di sekolah. Tapi pertanyaannya sudah terjawab dan Shone menepuk bahu Top lalu pergi. Nam menatap kepergian Shone dengan kecewa. Top menanyakan jawaban apa yang diberikan Nam untuknya. Tapi Nam hanya diam saja, Top beranggapan jika diam itu artinya Nam mau menjadi kekasihnya.
Top
melihat Nam sedang berada di pinggir jalan, Top menghentikan motornya dan
mengajak Nam pergi bersamanya. Awalnya
Nam menolak. Namun ketika Top mengatakan kalau hari itu adalah pertandingan pertama
Shone, Nam langsung ingin ikut.
Di pertandingan Shone yang kelelahan
mengahmpiri bangku Nam dan meminta air. Top mengatakan kalau airnya baru saja
diberikan pada Nam, seketika itu Nam langsung memberikan air itu pada Shone.
Nam
pulang sekolah bersama Shone dan Top. Ia dibonceng Top, sementara Shone
mengendarai motornya sendiri. Nam ingin berada di belakang Shone, di sepeda
motornya... itu yang Nam katakan dalam hatinya.