Senin, 27 April 2015

Terima kasih

Hal pertama yang ingin aku ucapkan ketika membuka mata di hari ini adalah ucapan terima kasih. Terima kasih pada Tuhan yang masih berbaik hati memberikan udara untuk kuhirup. Berterima kasih pula pada-Nya karena aku masih diberi kesempatan untuk tetap menikmati hidup ini. Berterima kasih juga karena telah memberikanku ujian yang mungkin saja, itu merupakan sebuah loncatan untuk naik ke kelas berikutnya. Aku bersyukur karena masih bisa melihat sang surya yang memancarkan cahayanya. Cahaya tangguh yang kemudian menerobos masuk melalui jendela kamarku. Seberkas cahaya yang dengan rajinnya selalu membangunkanku dari kegelapan. 

Izinkan aku melihat lebih lama lagi cahaya itu Tuhan...

Sabtu, 25 April 2015

Masih Terlihat Sangat Jauh

Aku sudah mencoba berbagai cara untuk membuat kamu menoleh kearahku lagi. Aku sudah mencoba setiap hari, aku sudah melakukan semua. Pada akhirnya, aku hanya bisa melakukan apa yang aku bisa sesuai porsiku dan semampuku. Rasanya, saat ini aku sedang berjalan diatas jembatan yang mengarah ke jantungmu. Aku telah berjalan begitu lama, tapi mengapa masih terlihat sangat jauh ? Mengapa? Terkadang, aku masih berpikir dan berharap bahwa cinta sejatiku itu adalah kamu. Tetapi, lebih sering pula aku berpikir untuk berhenti berjalan karena aku sangat lelah melakukan ini semua. 

Rasanya, aku telah berjalan begitu lama tetapi aku masih belum bisa mencapaimu. Dimataku, kamu masih terlihat sangat jauh. Aku tidak tahu, cara apa lagi yang seharusnya aku lakukan untuk cepat sampai ditempatmu berpijak. Aku ingin tahu apa yang harus aku lakukan. Aku ingin tahu seberapa jauh lagi jarak yang harus aku tempuh agar aku bisa berada didekatmu lagi. Ceritakan padaku, seberapa jauh lagi hingga membuat kamu bisa menggunakan matamu itu untuk melihatku lagi. Apakah ada cara yang mungkin bisa membuat kamu menoleh ke arahku? Kalau memang ada, tolong katakan padaku. 

Apa kamu ingat, apa yang Tere Liye katakan? Ya, daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Bagiku, kamu itu bagaikan pohon dan aku ini adalah daun yang menempel di batangmu. Dengan sikapmu yang seperti sekarang ini, membuatku bimbang. Membuatku bingung menentukan langkah mana yang harus aku ambil. Dan dalam keadaan yang seperti ini, datanglah angin yang mencoba untuk menggugurkan aku darimu. Apakah kamu tetap akan diam saja? Apakah kamu akan rela melihatku terlepas dari kehidupanmu? Apakah kamu bisa melupakan segala kenangan yang sempat kita buat? 



Kalau boleh jujur, aku sangat merindukan dirimu yang dulu. Sosokmu yang kulihat pertama kali kita bertemu, sosokmu yang dulu pernah menjadikan aku sebagai matahari dalam hidupmu. Sosokmu yang dulunya tak pernah lelah mengiringi setiap langkahku. Aku sangat ingin berjumpa dengan sosokmu yang dulu dan menanyakan kemanakah ia pergi selama ini? 

Aku masih belum memutuskan untuk menyerah untuk menanti sosokmu yang dulu itu. Mungkin dulu, kamu yang berjalan ke arahku, mengikuti langkah kakiku, mengejarku hingga akhirnya menempatkanku dalam pelukanmu. Tetapi, mengapa sekarang semuanya berubah? Aku tidak tahu alasan apa yang membuatmu seperti sekarang ini. Aku belum bisa meninggalkan kamu yang sekarang, belum bisa menghentikan langkah kakiku. Karena aku yakin akan menemukan cara untuk menuju sosokmu yang dulu. 

Aku belum menyerah, sekarang ini aku hanya merasa lelah. Iya, lelah. Itu saja yang saat ini kurasakan. 


Untukmu pohon yang sangat kurindu